Popular posts

Diberdayakan oleh Blogger.
Flag Counter

Archive for Maret 2014

Ingin masuk AKPOL? ini persyaratannya

Sabtu, 22 Maret 2014
Posted by Unknown
Nih buat yang mau masuk AKPOL, dapet dari sumber disini.. ini pas tahun 2010 om, tapi gapapa lah buat referensi aja~












PERSYARATAN-PERSYARATAN

A.Persyaratan Umum:

1. Warga Negara Indonesia (Pria dan wanita)

2. Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

3. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

4. Sehat Jasmani dan rohani (Surat keterangan sehat dari Institusi kesehatan non TNI/Polri)

5. Tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan yang dinyatakan dengan SKCK dari Kepolisian (Polres) setempat

6. Berwibawa, Jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela

7. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia dan bersedia ditugaskan pada semua bidang tugas Kepolisian.

B Persyaratan Lain:

1. Sumber SMA/SMU/Madrasyah Aliyah Jurusan IPA/IPS dengan nilai rata-rata HUAN minimal 6,5 (Enam koma lima) untuk jurusan IPA dan 7 (tujuh) untuk jurusan IPS.

2. Bagi calon yang mempunyai visus mata maksimal -1 (minus 1) dan dapat dikoreksi menjadi normal, menggunakan nilai HUAN rata-rata 6,75 (enam koma tujuh lima) untuk jurusan IPA dan 7,25 (tujuh koma dua lima) untuk jurusan IPS.

3. Bagi lulusan tahun 2010 (kelas III) menggunakan nilai rata-rata raport kelas III semester 1 minimal 7 (tujuh) untuk jurusan IPA dan 7,25 (tujuh koma dua lima) untuk jurusan IPS, yang disahkan oleh kepala sekolah dan selanjutnya menggunakan surat tanda kelulusan dengan kriteria "LULUS"

4. Bagi Brigadir Polisi yang telah memiliki masa dinas minimal 2 tahun (dihitung setelah selesai magang) dan harus berijazah SMA/SMU/MA jurusan IPA/IPS dengan kriteria nilai sesuai ketentuan pada butir 1 dan 2.

5. Pada saat pembukaan pendidikan taruna Akpol T.A. 2010 (19 Agustus 2010), usia minimal 16 (enam belas) tahun, (minimal. lahir 19 Agustus 1994) dan usia maksimal bagi yang berijazah

a. SMA/SMU/MA : Usia 21 (Dua puluh satu) tahun (Maksimal. lahir 19 Agustus 1989)
b. Brigadir Polisi : Usia 21 (Dua puluh satu) tahun (Maksimal. lahir 19 Agustus 1989)
c. Sarjana : Usia 22 (Dua puluh dua) tahun (Maksimal. lahir 19 Agustus 1988)

6. Tinggi badan minimal (dengan berat bada seimbang menurut ketentuan yang berlaku)

a. Pria : 163 (seratus enam tiga) CM
b. Wanita : 160 (seratus enam puluh) CM

7. Belum pernah menikah dan sanggup tidak menikah selama dalam pendidikan pembentukan (Diktuk) Taruna Akpol T.A 2010

8. Bersedia menjalani Ikatan Dinas Pertama selama 10 (sepuluh) tahun terhitung mulai diangkat menjadi perwira Polri (Masa dinas surut tidak diperhitungkan)

9. Memperoleh persetujuan dari orang tua/wali bagi yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun

10. Tidak terikat perjanjian ikatan dinas dengan Instansi lain

11. Telah berdomisili diwilayah Polda pendaftaran minimal 1 (satu) tahun dibuktikan dengan KTP setempat dan KK, bagi yang sedang menempuh pendidikan dan lulus belum 1 tahun, dibuktikan dengan raport/ijazah dari sekolah yang berada diwilayah Polda pendaftaran.

12. Bagi yang sudah bekerja secara tetap sebagai Pegawai/Karyawan/Anggota Polri:

a. Mendapat persetujuan/rekomendasi dari kepala Instansi/Satker yang bersangkutan
b. Bersedia diberhentikan dari status pegawai/Anggota Polri bila diterima dan mengikuti pendidikan pembentukan Taruna Akpol
c. Khusus anggota Polri

- Brigadir Polisi yang telah memiliki masa dinas Min 2 (dua) tahun, terhitung setelah selesai masa magang (melampirkan Skep pengangkatan pertama menjadi anggota Polri dan Skep lulus magang)
- Melampirkan Dapen dengan nilai minimal 75 (tujuh puluh lima)
- Surat keterangan hasil penelitian (SKHP) dari yang berwenang
- Sprin dan rekomendasi dari Kasatker

C. Cara Mendaftar
Peserta datang sendiri/tidak boleh diwakilkan dengan membawa dan mengumpulkan :

1. Surat permohonan

a. Ditulis dengan kertas Folio bergaris dengan tinta warna hitam bermaterai Rp. 6000
b. Menggunakan tulisan tangan pelamar
c. Menggunakan huruf Balok/Kapital tanpa coretan/dihapus

2. Kelengkapan berkas pendidikan Akhir

a. Asli dan fotocopy Ijazah SD, SMP, SMA?SMU/MA beserta NEM/HUAN, dilegalisir sekolah asal (maksimal bulan februari 2010)
b. Asli dan fotocopy ijazah perguruan tinggi beserta transkrip nilai (dilegalisir oleh pihak universitas) dan melampirkan fotocopy surat keputusan/sertifikat akreditasi program studi perguruan tinggi yang dikeluarkan dan dilegalisir oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN PT). (Maksimal bulan Februari 2010)
c. Asli dan fotocopy raport kelas III smester I, dilegalisir oleh kepala sekolah.

3. Asli dan fotocopy Kartu Keluarga (KK) dan KTP baik calon maupun orang tua wali

4. Asli dan fotocopy Akte Kelahiran/ Surat kenal lahir

5. Asli dan fotocopy Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang dikeluarkan oleh Polres setempat yang masih berlaku untuk keperluan mendaftar Taruna Akpol (Fotocopy dilegalisir)

6. Asli dan fotocopy surat keterangan dari institusi kesehatan pemerintah

7. Pasfoto hitam putih ukuran 4 X 6 sebanyak 6 (enam) lembar

8. Berkas asli dimasukan dalam map warna biru, berkas fotocopy dalam map merah dan dimasukan dalam amplop cokelat bertali

9. Hal-hal lain yang berkaitan dengan persyaratan penerimaan calon Teruna Akpol T.A. 2010 yang belum diatur dalam pengumuman ini akan diatur lebih lanjut.  


Teknik Lingkungan dan Ilmu Lingkungan

Teknik Lingkungan dan Ilmu Lingkungan
Oleh Gede H. Cahyana
Oktober adalah bulan kelahiran Teknik Lingkungan di Indonesia kalau diacu pada embrio yang bernama Teknik Penyehatan (TP) di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada masa itu, TP menjadi “bagian” dari Departemen Teknik Sipil.
Istilahnya departemen, bukan jurusan, bukan program studi seperti sekarang. Bidang yang ditekuni oleh mahasiswa TP berkisar di sektor sanitasi sesuai dengan nama departemen ini, yaitu Sanitary Engineering. Berbagai buku-ajar (textbook) selalu saja mencantumkan frase sanitary engineering seperti Unit Operation for Sanitary Engineering, Unit Process for Sanitary Engineering, Municipal and Rural Sanitation yang ditulis oleh Salvato untuk Sanitary Engineering.
Frase Teknik Penyehatan pun serta merta meluas digunakan oleh pemerintah Orde Baru, bahkan beberapa kantor masih menggunakan istilah ini sampai sekarang. Pada dekade 1970-an, di seluruh Indonesia dimapankan nama Bagian Teknik Penyehatan di Departemen Pekerjaan Umum, di Kantor Wilayah Dinas Pekerjaan Umum provinsi sampai ke kabupaten dan kota madya (dulu ada istilah kota administratif dan kota madya; sekarang istilahnya kota). Maklumlah, pada dasawarsa itu, produsen sarjana atau insinyur Teknik Penyehatan hanya berasal dari ITB sehingga Departemen Pekerjaan Umum pun diisi oleh alumni TP ITB. Tak mengherankan, mayoritas desain IPAM di BPAM atau PDAM pada dekade 1970 s.d 1980 didominasi oleh alumni ITB, lebih khusus lagi adalah dosen-dosen ITB, mulai dari Sabang sampai Merauke, Sangihe hingga Rote.
Namun demikian, eksistensi istilah Sanitary Engineering di Amerika Serikat mulai memudar justru ketika pemerintah Indonesia (Orde Baru) sedang sibuk-sibuknya melaksanakan Pelita (Pembangunan Lima Tahun) di sektor Teknik Penyehatan, Dept. Pekerjaan Umum. American Society of Civil Engineers (ASCE) pada 1977 mengeluarkan istilah Environmental Engineering yang dilengkapi dengan definisinya yang cukup panjang. Di Bandung, dimotori oleh dosen dan alumni TP ITB pada waktu itu, yaitu tahun 1977 didirikan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Indonesia (IATPI). Artinya, ketika asosiasi insinyur sipil di Amerika Serikat merilis definisi untuk Teknik Lingkungan, di Indonesia baru dibentuk asosiasi bidang teknik penyehatan. Istilah Teknik Lingkungan di Indonesia resmi muncul pada tahun 1984 setelah Departemen Teknik Penyehatan ITB diubah menjadi Jurusan Teknik Lingkungan ITB.
Namun sejumlah nama, plank, etiket, label di banyak barang inventaris, termasuk kop kertas surat masih berlabel Teknik Penyehatan. Ini berlangsung hingga akhir dekade 1980-an atau 1990. Perlu waktu kurang lebih lima tahun untuk memapankan istilah Teknik Lingkungan di ITB. Barangkali ini berkaitan dengan ketersediaan dana untuk biaya pengecatan ulang label di kursi, meja, lemari, dll. Di pusat juga, yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjend. Pendidikan Tinggi, masih setia mencantumkan kata Teknik Penyehatan pada formulir dan brosur PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan) dan di berkas (buku panduan) Sipenmaru (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru). Oleh sebab itu, saya sempat bertanya-tanya ketika nama saya muncul di Jurusan Teknik Lingkungan, di urutan terakhir, yaitu nomor 12 dengan NRP. 1851312, bukan di Teknik Penyehatan seperti yang tercantum dalam berkas PMDK yang saya hitamkan lingkarannya (buletannya). Dengan kata lain, saya dan teman-teman seangkatan, tanpa disadari alias gak tahu apa-apa, adalah produk konversi dari TP ke TL.
Nomenklatur itu selanjutnya diikuti oleh Jurusan Teknik Lingkungan ITS di Surabaya, STTL (Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan) dan Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta, Teknik Lingkungan di Institut Teknologi Adityawarman (Universitas Kebangsaan), Universitas Pasundan, dan Institut Teknologi Nasional (Itenas). Selepas medio 1990-an ditandai juga dengan kehadiran jurusan Teknik Lingkungan atau masih menjadi bagian dari Jurusan Teknik Sipil seperti di Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro dan lain-lain. Bak jamur di musim hujan, jurusan TL akhirnya meluas hingga ke Sumatera dan Kalimantan. Oleh sebab itu, pada tahun 1996 digelarlah lokakarya di ITB untuk “dengar-pendapat” dari berbagai jurusan TL di Indonesia, dihadiri oleh alumni TP/TL, dosen, BAN PT serta konsorsium MIPA dan teknologi.
Ilmu Lingkungan
Ternyata, dunia ini betul-betul jauh lebih luas daripada daun kelor. Tak lama berselang setelah pemapanan Teknik Lingkungan di ITB dan di Indonesia umumnya, muncullah jurusan Ilmu Lingkungan (Environmental Science). Jurusan ini bukan bagian dari biologi atau ekologi seperti yang ada di Universitas Padjadjaran misalnya. Jika dikelompokkan, jurusan Ilmu Lingkungan masuk ke dalam sains tersendiri, berdiri sendiri, sejajar dengan biologi, fisika, kimia, geologi. Dari dulu sampai sekarang, di ITB ada MK Pengetahuan Lingkunganyang dinyatakan sebagai “anak” dari MK Biologi, yang disebut ekologi (ecology). Salah satu buku yang dijadikan rujukan mata kuliah ini ialah Ilmu Lingkungan, tulisan R. E. Soeriaatmadja, guru besar di Prodi Biologi ITB dan mantan Asmen LH. Dengan jelas disebutkan dalam buku ini bahwa ilmu lingkungan bercikal dari ekologi dan ekologi adalah bagian dari biologi.Satu contoh topik bahasannya adalah ekosistem akuatik. Karena basisnya adalah biologi (ekologi) maka porsi subjek seperti air minum, air limbah, persampahan, dll hampir tidak dibahas di buku ini secara khusus.
Tak bisa dimungkiri, makna lingkungan memang luas, seluas eksistensi lingkungan itu, baik lingkungan alami mupun lingkungan buatan. Tentu berat sekali dan menjadi dangkal kalau seorang mahasiswa harus mempelajari semua materi lingkungan dalam arti luas di sebuah jurusan. Apalagi kalau dievaluasi mata pelajaran di SD, SMP, MTs, MA, SMA yang bernama Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), akan makin tumpang tindih dan sengkarut saja bidang lingkungan ini. Semua guru, seperti guru biologi, kimia, geografi, bahkan PPKn pun ada yang mengajar PLH. Sebab, hanya dengan membaca sejam dua jam saja, guru sudah bisa menjelaskan materi lingkungan dalam makna umum (general) sehingga mata pelajaran ini dipandang sebelah mata alias dianggap gampang. Padahal hakikatnya, pelajaran inilah yang justru sangat mempengaruhi kesehatan jasmani, ruhani (mental) dan sosial manusia. Terapan pelajaran PLH ini sangat vital bagi eksistensi manusia tetapi manusia tidak menyadarinya. Dianggapnya, pelajaran ini sekadar hafalan, masuk telinga kiri, ke luar telinga kanan.
Kembali ke ilmu lingkungan. Perdefinisi, ilmu atau sains (science) dapat dibagi menjadi dua, yaitu ilmu sosial dan ilmu alam. Ilmu sosial mempelajari interaksi manusia dalam kehidupan negara, keluarga, suku, ras, agama, komunitas, kelompok, kantor, dll. Ilmu alam fokus ke materi tentang dunia (Bumi) seperti fisika, biologi, kimia, geologi, dan ilmu lingkungan. Tampaklah bahwa ilmu lingkungan menjadi bagian yang setara dengan biologi dll, bukan cabang atau bagian dari biologi (ekologi). Menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang disistemkan, memiliki hukum, asas, aksioma, postulat, kaidah, dst., dapat diuji dengan pengumpulan data lewat observasi atau eksperimen. Dengan kata lain, ilmu berbeda dengan pengetahuan (knowledge). Bahkan, ilmu ini pun meliputi ilmu yang kasat mata (scientific) dan ilmu gaib. Hanya saja, ilmu gaib tidak dianggap ilmu oleh kalangan sekuler di Eropa, Amerika, Australia, dll. Bagi ilmuwan sekuler, segala entitas ilmu harus dapat dibuktikan dengan riset lewat metodologi yang dibakukan untuk ilmu an sich.
Ilmu lingkungan (Environmental Science) mempelajari semua bidang yang ada di dalam ilmu alam seperti biologi, kimia, fisika, geologi. Adapun biologi fokus ke bidang biologi, kimia fokus ke kimia, fisika juga ke fisika dengan cabang-cabangnya atau subdisiplin seperti mikrobiologi, kimia organik, fisika nuklir, dll. Singkatnya, bekal keilmuan seorang sarjana ilmu lingkungan meliputi semua subjek ilmu alam (natural science) dan matematika. Historisnya, mahasiswa (alumni) ilmu lingkungan mempelajari lingkungan alami seperti atmosfer, tanah (land), air, dll. Tapi lingkup ilmu ini terus meluas hingga ke lingkungan binaan manusia (built environment).
Lantas, bagaimana dengan sarjana Teknik Lingkungan? Berdasarkan istilah, teknik, rekayasa atau engineering adalah profesi yang menerapkan ilmu (sains) dan matematika untuk memanfaatkan massa dan energi demi kepentingan manusia di bidang struktur, mesin, produk, sistem, proses, dll. Oleh sebab itu, seperti ditulis di atas, ASCE memberikan definisi Teknik Lingkungan sbb: profesi yang menerapkan ilmu (pemikiran) untuk memberikan solusi bagi masalah sanitasi lingkungan seperti air minum yang aman, pengelolaan air limbah, drainase, persampahan, kebisingan, polusi udara, kesehatan masyarakat, pencemaran industri, serta dampak sosial yang terjadi akibat solusi di atas.
Ada kata-kata mutiara: “Scientists discover things and engineers make them work”. Pada masa sekarang, kata-kata hikmah itu bisa dievaluasi lagi, bisa dinyatakan betul dan masih berlaku, bisa juga sudah tak relevan lagi. Zaman dulu, memang, ilmuwan (filosof) sebagai penemu lalu insinyur yang menerapkan temuan itu dalam bentuk benda, barang, atau projek. Tetapi sekarang, tak sedikit insinyur yang menemukan sesuatu lalu diterapkan di lapangan. Lihat saja bidang teknologi pengolahan air minum dan air limbah, juga pembuatan jalan tol, betapa insinyur bisa menemukan teknologi yang memudahkan hidup manusia. Di bidang kendaraan juga begitu, temuan terus dibuat oleh insinyur (engineer) di pabrik-pabrik.
Dari sudut pandang pendidikan, ilmu lingkungan adalah fondasi (dasar) dari teknik lingkungan. Ilmu lingkungan memberikan teori dasar keilmuan yang digunakan oleh teknik lingkungan untuk membuat solusi bagi masalah lingkungan. Kalau merujuk pada keserumpunan ilmu, maka ilmu lingkungan dan teknik lingkungan berkategori serumpun. Bahkan lebih dekat daripada serumpun itu, yaitu kedua bidang kajian ini masuk ke dalam batang ilmu dan teknologi (sainstek) yang sama atau kongruen, sama dan sebangun. 

Di lapangan kerja, dua jenis sarjana ini saling menunjang, saling membutuhkan. Misalkan, dalam desain instalasi pengolah air limbah seperti constructed wetland, sarjana teknik lingkungan bertugas mendesain bak, fenomena hidrolika, slope (kemiringan) pipa-pipa, sementara itu sarjana ilmu lingkungan menentukan jenis tanaman yang cocok untuk mengolah air limbah yang akan dimasukkan ke dalam bak itu. Dalam penetapan media tumbuh tanaman, yaitu berupa kerikil, pasir, atau kayu, kedua jenis sarjana ini bisa saling hitung dan memberikan masukan. Namun faktanya, seperti yang terjadi selama ini, seorang sarjana teknik lingkungan bisa melaksanakan semua tugas desain tersebut secara mandiri. (ghc)
NB.
Gelar lulusan Prodi Teknik Lingkungan: S.T.
Gelar lulusan Prodi Ilmu Lingkungan: S.Si.

Lantas, kalau nama prodinya adalah Ilmu dan Teknologi Lingkungan, apa gelar lulusannya?



Ini Dia, Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Teknik Lingkungan

Sekedar share nih buat temen temen yang bingung mau ambil jurusan apa kalau kuliah..
nih sumbernya~

Halo pembaca!
Artikel ini saya buat berdasarkan pengalaman saya tentang beberapa orang yang membuat salah penafsiran tentang jurusan teknik lingkungan.
Apa sih jurusan teknik lingkungan? Kok banyak ceweknya sih? Mirip sama jurusan kesehatan masyarakat ya? Banyak biologinya?

Nah, pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang seharusnya dijawab dengan benar. Semoga setelah membaca artikel ini pembaca dapat memahami seperti apa jurusan teknik lingkungan yang sesungguhnya.
Saya sudah melewati lima semester di jurusan teknik lingkungan di salah satu perguruan tinggi negeri. Pada awalnya, saya sama seperti kebanyakan orang lainnya, tidak memahami seperti apa itu jurusan teknik lingkungan. Saya pikir jurusan yang mengusung nama ‘lingkungan’, seperti isu-isu yang selalu jadi topik hangat dimana-mana itu, adalah jurusan yang mempelajari bagaimana caranya agar kerusakan lingkungan bisa diminimalisir (dan yang saya ketahui pada saat itu ya, global warming). Ternyata, apa yang saya pikir ya, memang benar. Namun jurusan teknik lingkungan tidak sesempit itu. Ada banyak topik yang dipelajari oleh orang yang berstatus mahasiswa jurusan teknik lingkungan.

Teknik lingkungan pada awalnya bernama ‘Teknik Penyehatan’, lalu berganti nama menjadi Teknik Lingkungan. Institusi yang pertama kali mengadakan jurusan teknik lingkungan di kampusnya adalah ITB. Makannya ITB disebut-sebut punya jurusan teknik lingkungan terbaik se-Indonesia. Tapi tidak hanya itu, ada juga STTL (Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan) di Jogja, adalah sekolah tinggi ilmu teknik lingkungan pertama di Indonesia. Lalu ada ITS, UNDIP, UI, Bakrie, Universitas Pasundan, UII Jogja, dan lain-lain. Ada juga Ilmu dan Teknologi Lingkungan di UNAIR, silabusnya tidak jauh berbeda dengan Teknik Lingkungan dan 60% kurikulumnya disesuaikan dengan silabus jurusan teknik lingkungan se-Indonesia. Namun jurusan ini berada di bawah departemen Biologi.

Jurusan Teknik Lingkungan sendiri kini berada di bawah Fakultas Teknik, di beberapa institusi jurusan ini diletakkan dibawah departemen Teknik Sipil dan Perencanaan, jadi jurusan teknik lingkungan memang berkaitan erat dengan jurusan teknik sipil (terutama dalam teknik peracangan fasilitas, seperti ilmu ukur tanah, perhitungan beban beton, mekanika fluida, dsb), dan jurusan teknik planologi (terutama dalam teknik perancangan fasilitas kota, seperti pengaturan tata letak fasilitas kota, peta administrasi daerah, data statistik dan kependudukan, peraturan perancangan fasilitas kota dari Kementrian PU, dsb). Kadang jurusan teknik lingkungan juga berkaitan dengan jurusan teknik kimia (dalam hal pengolahan limbah, seperti pengomposan, alat pengelolaan dan pengolahan sampah atau limbah)

Pada dasarnya, ilmu-ilmu yang dipelajari di jurusan teknik lingkungan sangat berkaitan erat dengan kesehatan. Singkatnya, di teknik lingkungan, mahasiswa akan belajar bagaimana caranya untuk mencegah penyakit dan menjaga kesehatan lingkungan dengan pendekatan teknik. Jadi, ibaratnya ilmu-ilmu jurusan teknik lingkungan ini adalah ‘perisai’ bagi kesehatan masyarakat, sedangkan ilmu-ilmu jurusan kedokteran/keperawatan adalah ‘obat’ bagi kesehatan masyarakat. Serunya, hampir semua industri membutuhkan ilmu teknik lingkungan, apalagi sekarang peraturan perundang-undangan tentang lingkungan semakin diperketat. Bahkan institusi pemerintahan pun banyak membutuhkan lulusan teknik lingkungan. Nah, apa saja yang bakal dipelajari oleh mahasiswa teknik lingkungan? Berikut ini infonya,

1. Belajar Pencegahan Produksi Limbah

Limbah diproduksi dari kegiatan produksi, seperti sisa-sisa bahan bakar, sisa bahan baku, dan hasil produksi yang gagal. Di teknik lingkungan, dipelajari bagaimana caranya meminimisasi produksi limbah dan memaksimalkan kualitas produk. Caranya, mulai dari pembuatan chart atau diagram alir tentang kegiatan dan bahan apa saja yang digunakan dalam proses produksi, beserta jumlah dan dampaknya bagi proses produksi dan lingkungan. Dari diagram itu dianalisa aspek apa yang dapat dirubah agar produksi limbah berkurang. Bisa juga dengan menganalisis limbah apa saja yang masih bisa dijadikan bahan baku produksi, sehingga jumlah limbah berkurang.

2. Belajar Pengelolaan Limbah

Limbah yang dihasilkan, tidak bisa langsung dibuang begitu saja. Limbah harus dikelola dengan baik. Dikelola disini maksudnya, diletakkan di wadah yang sesuai (dengan karateristik bak yang aman dan tidak akan rusak dan merusak lingkungan bila dituangkan limbah ke dalamnya), peletakan wadah harus ditempat yang sesuai (maksudnya tidak akan mengganggu jalannya proses produksi), pengangkutan dan pengaliran limbah harus sesuai dan tepat (maksudnya dialirkan dengan media yang baik dan tidak mudah rusak jika kontak dengan limbah korosif), manajemen pengelolaan limbah harus baik (meliputi pada jam berapa limbah dikelola, berapa jumlah pekerja, dsb). Pengelolaan limbah hanya sebatas waktu dimana saat limbah selesai diproduksi sampai waktu dimana saat limbah harus diolah, dan waktu dimana saat limbah harus dibuang.

3. Belajar Proses Pengolahan Limbah

Sampah ada untuk dibuang. Eitts, buat mahasiswa teknik lingkungan itu adalah pemikiran yang sangat kuno. Sebelum dibuang, limbah atau sampah harus diolah terlebih dahulu. Terutama sampah dan limbah hasil produksi suatu industri. Kenapa diutamakan dari industri? Umumnya limbah industri lebih berbahaya daripada limbah domestik (rumahan) yang umumnya hanya sampah sisa sayur, bungkus makanan, dan kotoran manusia. Limbah industri berbahaya karena kandungannya yang memiliki nilai resiko tinggi apabila dibuang langsung ke lingkungan. Misalnya, limbah dari industri pembuatan batu baterai mengandung bahan kimia beracun (asam sulfat), kalau dibuang langsung ke sungai dampaknya bisa membahayakan komposisi didalamnya, seperti kualitas air. Apabila airnya digunakan sebagai sumber irigasi, bisa membahayakan kualitas tanaman dan tanah yang terkena aliran air tersebut. Seperti pada kasus Minamata di Jepang, karena air sungai yang terkontaminasi Raksa. Coba saja di googling.

Di bagian ini, mahasiswa akan belajar banyaaaak sekali alat-alat yang biasa digunakan oleh industri baik dalam maupun luar negeri untuk mengolah limbah sesuai dengan karateristik limbah yang dihasilkan. Tidak hanya itu, kita juga akan belajar bagaimana mendesain alat dan unit pengolahan limbah tersebut, untuk menghasilkan limbah yang aman dibuang ke sungai.

4. Belajar Mengolah Air

Mungkin teman-teman pernah mengetahui tentang sistem pengolahan air sederhana yang menggunakan ijuk dan krikil? Nah, di jurusan teknik lingkungan hal itu akan dipelajari lebih lanjut. Air yang kita konsumsi sehari-hari dari kemasan botolan atau PDAM pasti telah melalui proses pengolahan yang paaaaanjang. Sumber air apa yang akan dipilih pun dipertimbangkan, mulai dari kandungan Fe, Mg, Mn, Ca, dsb di dalam air tersebut, kandungan oksigen terlarut, kandungan patogen didalamnya, kekeruhan air, kesadahan air, hingga kandungan garam dalam air. Semuanya diteliti hingga didapat angka-angka yang kongkrit. Umumnya sumber air yang dipilih adalah air tawar, seperti air sungai. Kenapa? Karena air tawar lebih mudah untuk diolah dan kadar garamnya sangat rendah.

Nah, setelah dipilih sumber air yang tepat, mulailah proses mendesain bangunan pengolahan air. Eits, apa itu? Bagi teman-teman yang ingin bekerja di PDAM ilmu ini sangat penting lho. Bangunan pengolah air adalah sebuah bangunan dalam satu komplek, dimana terdapat unit dan alat untuk mengolah air dari air yang tidak layak minum, menjadi air yang layak minum, atau minimal dapat dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari.

Ada banyak unit yang dipelajari, misalnya seperti unit penyaringan, koagulasi (pembubuhan aluminium sulfat untuk mengikat koloid atau partikel kecil), flokulasi (pengadukan air untuk mengoptimalkan pengikatan koloid), sedimentasi (pengendapan partikel koloid), filtrasi (penyaringan air dengan pasir dan kerikil), aerasi (penambahan oksigen ke dalam air dan pengurangan kandungan Fe), desinfeksi (pemberian desinfeksi untuk membunuh patogen).

Sebenarnya unit-unit ini juga ada beberapa di rumah sakit dan hotel. Namun unit yang ada dalam ukuran yang kecil dan portable karena kebutuhan airnya yang lebih sedikit dibandingkan PDAM yang harus mengolah air untuk dikonsumsi jutaan orang.

Setelah air bersih selesai diolah, air-air tersebut kemudian dialirkan sampai ke rumah warga. Nah, ini juga butuh ilmu khusus, namanya Sistem Penyediaan Air Minum. Berapa panjang pipa yang dibutuhkan, berapa jumlah belokan yang ada, berapa jumlah rumah yang butuh pelayanan, berapa debit air setiap harinya, berapa diameter pipa yang dibutuhkan, berapa jumlah sambungan pipa yang dibutuhkan, hingga berapa uang yang dikeluarkan, semua dihitung serinci-rincinga bahkan perlu dibuat skenario pengalirannya dengan software khusus.

5. Belajar Merancang TPA

Eh, TPA? Tempat Pembuangan Akhir? Yup, nama yang tidak asing didengar mungkin adalah ‘Bantar Gebang’, sebuah TPA maha besar yang ada di bilangan kota Bekasi. Mahasiswa teknik lingkungan harus belajar untuk membuat TPA. Tempat pembuangan sampah tidak boleh sembarangan loh, harus baik, benar, dan tidak membahayakan lingkungan. Banyak metode-metode khusus yang dipelajari dalam perancangan TPA. Misalnya, seperti di Amerika, sampah ditimbun dalam tanah yang telah dilapisi lapisan waterproof, lalu tanah timbunan ditanami rumput atau tanaman lain hingga menjadi bukit. Bukit ini bisa menjadi sarana rekreasi edukatif. TPA semacam inilah yang sebenarnya diharapkan oleh pemerintah untuk diwujudkan.
Di TPA sendiri juga ada pengolahan dan pengelolaannya. Sampah-sampah yang telah dihasilkan dikelola, dipilah, dan dicacah. Setelah itu diolah dengan treatment khusus sesuai dengan karateristik sampah. Misalnya, sampah organik bisa diolah agar dihasilkan gas metana. Gas metana ini kemudian bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar atau bahan kompor gas. Bisa juga pengolahan sampah menjadi pupuk.

Pupuk bisa dijual kembali ke masyarakat. Artinya, sampah tidak terus menumpuk tetapi juga bisa dimanfaatkan kembali.

Dalam perancangan TPA juga diperhitungkan lho, lama waktu penguraian sampah. Jadi, desain pengelolaan dan pengolahannya juga diperhitungkan.

6. Belajar Merancang Sistem Plumbing

Plumbing, apaan tuh? Sistem plumbing secara umum adalah sistem perpipaan. Dalam sistem itu meliputi reservoir (tandon air), pompa, pipa, water closet, urinoir, lavatory (wastafel), faucet (kran air), shower, floor drain (saluran air buangan di kamar mandi), hingga septic tank. Utilitas semacam itu tidak sembarangan didesain loh. Perlu perhitungan dan perancangan yang baik, mulai dari berapa jumlah air yang dibutuhkan dalam suatu rumah atau gedung tersebut, berapa ukuran tandon yang dibutuhkan, berapa panjang dan diameter pipa yang dibutuhkan, berapa daya pompa, berapa banyak water closet, urinoir, wastafel, faucet yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan, hingga berapa ukuran septic tank berdasarkan rentang waktu pengurasan dan kebutuhan.

Belajar sistem plumbing tidak hanya itu, dalam sistem ini juga dipelajari bagaimana mengalirkan air kotor yang berasal dari kamar mandi. Misalnya, air kotor yang mengalir dari water closet dan urinoir harus dialirkan ke septic tank karena buangannya berupa black water (air yang tidak bisa digunakan lagi), sedangkan air kotor yang mengalir dari floor drain harus dialirkan ke drainase (got) karena buangannya berupa grey water (ada kemungkinan bisa diolah dan digunakan lagi).

7. Belajar Merancang Sistem Drainase

Drainase adalah bahasa kerennya saluran air, atau biasan kita sebut ‘got’. Drainase dirancang untuk mengalirkan air hujan, jadi seharusnya memang tidak boleh membuang sampah ke drainase, akibatnya malah banjir. Padahal drainase dibuat untuk menghindari banjir dengan cara menjadi media atau wadah mengalirkan air hujan yang jatuh ke badan jalan atau permukaan tanah.

Perancangan drainase didasarkan besarnya curah hujan pada daerah tersebut, luas area yang dilayani, dan tata guna lahan area tersebut. jadi, sebenarnya ukuran, panjang, dan dimensi drainase tidak dirancang sembarang loh.

8. Belajar Hukum Lingkungan

Kata siapa pelajaran hukum cuma dipelajari oleh mahasiswa jurusan hukum? Mahasiswa teknik lingkungan juga belajar hukum lho, khususnya hukum lingkungan. Indonesia, melalui Departemen Lingkungan Hidup mengeluarkan undang-undang tentang lingkungan, batasan pembuangan limbah, dan standar baku mutu limbah yang bisa dibuang langsung ke lingkungan

9. Belajar Sistem Manajemen Keselaman, Kesehatan Kerja (SMK3)

Ini juga sebenarnya dipelajari di jurusan kesehatan masyarakat loh, dan mahasiswa teknik lingkungan juga mempelajarinya. Makannya dalam dunia pekerjaan lulusan teknik lingkungan seringkali masuk ke bagian HSE (Health, Safety, and Environment). SMK3 adalah sistem yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam kerja dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan. Karena tahu tidak, dampaknya bila seorang pekerja mengalami kecelakaan dalam kerja akibat kelalaian dan kecerobohan, bukan hanya uang yang harus dikeluarkan si perusahaan untuk membiayai, namun juga dampak kekurangan tenaga kerja (apalagi kalau si korban memegang peran penting), kerusakan jaringan komunikasi antar tenaga kerja, terhambatnya waktu produksi, dan berbagai dampak jangka panjang lainnya yang merugikan pihak korban dan perusahaan.

Teman-teman pernah melihat pekerja kontraktor memakai topi lapangan dan sepatu lapangan? Nah itu adalah salah satu bagian dari prosedur SMK3. Lambang SMK3 sendiri adalah tanda “+” dan lambang gerigi berwarna hijau. Ada yang pernah melihat?
———————-

Itulah yang dipelajari ketika menjadi mahasiswa teknik lingkungan. Penjabaran diatas adalah gambaran umumnya saja. Sedangkan detail pelajaran apa saja yang dipelajari oleh mahasiswa teknik lingkungan, setiap universitas memiliki kurikulumnya masing-masing, namun pada dasarnya semuanya sama. Oh ya, di jurusan teknik lingkungan, tidak hanya pelajaran dasar Fisika dan Matematika saja yang berperan penting, namun juga Geografi, Kimia, Biologi, Sosiologi, dan Ekonomi. Walau semuanya tidak dipejari secara mendetail, namun beberapa potongan materi tersebut bisa saja nyempil di salah satu mata kuliah jurusan teknik lingkungan.

Prospek kerja lulusan teknik lingkungan? Sebenarnya lulusan teknik lingkungan sangaaaaaat dibutuhkan di institusi pemerintahan, industri atau perusahaan manapun, selama industri atau perusahaan itu peduli untuk merasa butuh untuk tidak mengabaikan kepentingan lingkungan. Namun kini, setelah dikeluarkannya undang-undang baru dari pemerintah tentang AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan), hampir setiap industri (termasuk hotel dan rumah sakit) memiliki sistem pengelolaan dan pengolahan limbah. Nah, disinilah lulusan teknik lingkungan berperan. Eh, tapi jangan berpikir kalau bakal jadi seperti pemulung yang mengangkut sampah ya! Lulusan S1 teknik lingkungan berperan dalam hal manajemen sistem.

Contohnya, di berbagai industri, baik swasta maupun BUMN, biasanya lulusan teknik lingkungan akan di tempatkan di bagian HSE (Health, Safety, and Environment). Hampir semua industri besar, mulai dari petrokimia, pertambangan, minyak & gas, tekstil, otomotif, makanan & obat, memlilki bagian HSE. Misalnya kayak Pertamina, Krakatau Steel, Unilever, Total, Biofarma, dsb. Tidak hanya di industri, bahkan di beberapa institusi pemerintah pun seperti Kementrian Lingkungan Hidup, Kementrian ESDM, Kementrian Perindustrian, Kementrian Pekerjaan Umum, dsb membutuhkan lulusan teknik lingkungan, darimanapun perguruan tingginya. Intinya, jurusan teknik lingkungan memiliki prospek yang cukup besar dalam karir dan pekerjaan.

Nah, kesimpulannya, salah besar apabila ada yang mengira bahwa jurusan teknik lingkungan lebih banyak mempelajari biologi. Pada kenyataannya, Fisika dan Matematika berperan 45% dari seluruh materi yang diajarkan. Namun, kreativitas tetap dituntut disini, bagaimana caranya mendesain suatu unit, alat atau sistem untuk karateristik daerah dan limbah tertentu agar tidak membahayakan lingkungan dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat luas. Harapannya, lulusan teknik lingkungan dapat menciptakan keseimbangan antara produksi barang kebutuhan manusia yang bernilai optimal, dan limbah yang tidak akan mebahayakan lingkungan dan tidak mengancam keselamatan manusia. Mahasiswa teknik lingkungan belajar untuk memperhatikan sesuatu yang justru orang lain abaikan. Karena sesungguhnya apa yang terabaikan bisa jadi adalah hal yang patut untuk diperhatikan, seperti limbah.


Semoga pembaca semakin paham dan mengerti seperti apa itu jurusan teknik lingkungan, terutama untuk adik-adik SMA yang berniat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ingat, jangan sampai salah pengertian tentang jurusan ini ya! Semoga bermanfaat :)

Teknik Lingkungan

Apa Itu Teknik Lingkungan ?
Teknik Lingkungan merupakan salah satu cabang ilmu keteknikan yang memanfaatkan prinsip-prinsip dan praktek-praktek rekayasa serta manajemen untuk memelihara dan melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, serta lingkungan yang terdiri dari air, tanah, udara, secara keseluruhan. Perekayasaan disini maksudnya adalah merekayasa alat-alat dan metoda yang digunakan untuk meminimalisir efek negatif limbah (baik dari industri maupun rumah tangga) terhadap lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup bidang ini adalah konservasi sumber daya air, pengelolaan lingkungan, pengelolaan kesehatan lingkungan, upaya pengendalian pencemaran, penyaluran limbah dan buangan, pengendalian pencemaran akibat limbah cair, gas dan lumpur dan pengelolaan kualitas perairan, tanah, atmosfer, serta pengendalian dan pengelolaan dampak lingkungan.

Apa yang Dipelajari di Teknik Lingkungan ?
Dalam Teknik Lingkungan ilmu yang dipelajari adalah ilmu yang berkaitan dengan bidang pengelolaan dan rekayasa lingkungan. Misalnya ilmu mengenai rekayasa air minum, rekayasa air buangan, Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pengelolaan sampah, pencemaran lingkungan, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Selain itu, mahasiswa Teknik Lingkungan juga akan mendapatkan ilmu tentang pengelolaan kesehatan lingkungan yang mempelajari epidemiologi (ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit), kesehatan dan keselamatan kerja, dan lain-lain.
Prospek Lulusan Teknik Lingkungan
Lulusan teknik lingkungan dapat bekerja di berbagai bidang seperti :
1.   Instansi pemerintah (tim ahli lingkungan hidup di departemen teknis maupun non teknis seperti PU, ESDM, Depdagri, Kimpraswil, PDAM, BAPEDALDA, Departeman Kelautan dan Perikanan, Pertamina, Kementerian Lingkungan Hidup, Dept. Kesehatan, Dept. Pertanian, Dept. Perindustrian & Perdagangan, Dept. Kehutanan)
2.   LSM/NGO Lingkungan Hidup (WWF, WHO, WALHI, Greenpeace, dll)
3.   Industri (Pada bagian Safety Health & Environment (SHE) dalam sebuah industri, lulusan Teknik Lingkungan dibutuhkan terutama sebagai environmental engineer/manager, misalnya pada industri migas & pertambangan (Schlumberger, Total, Chevron, KPC), industri makanan dan minuman (Indofood, Ultrajaya), industri lainnya)
4.   Konsultan (konsultan AMDAL, konsultan perancangan bangunan pengolah air minm dan air limbah, dll)
Daftar Perguruan Tinggi Negeri yang terdapat Teknik Lingkungan :